
Alasan Mengapa Konflik Dalam Pernikahan Itu Wajar
Film dan cerita romantis sering menggambarkan pernikahan sebagai ‘akhir yang bahagia’ yang datang setelah masalah-masalah dalam hubungan terselesaikan. Kita sudah terbiasa dengan gagasan bahwa begitu kita menikah, semua masalah akan hilang begitu saja dan kita akan hidup bahagia selamanya. Sayangnya, apa yang sebenarnya terjadi setelah pengantin pria dan wanita mengucapkan ‘saya bersedia’ sering tidak diperlihatkan; pertengkaran, gesekan, ketegangan atau kebencian yang sebenarnya dialami setiap pasangan yang sudah menikah. Karena persepsi yang salah ini, kita menjadi sedikit kurang toleran dalam hal konflik dengan pasangan kita. Kita tidak memiliki cukup ruang untuk bersabar ketika mengatasi pertengkaran dan mungkin, inilah salah satu alasan mengapa banyak pernikahan berakhir dengan perceraian.
Setiap pasangan mengalami konflik dalam taraf tertentu. Sangat penting bagi kita untuk mulai mengubah persepsi kita tentang konflik, bukan sebagai sesuatu yang dapat merusak pernikahan kita, tetapi hanya sebagai hasil alami dari dua orang yang bersatu. Mengalami konflik tidak selalu berarti pernikahan Anda sedang bermasalah atau pertanda ada yang salah. Konflik hanyalah hasil dari dua manusia yang berbeda yang mencoba membuat rumah tangga mereka berhasil. Tidak peduli seberapa miripnya kita dengan pasangan kita, Anda sebenarnya berbeda. Dan dengan perbedaan, pasti akan muncul beberapa perselisihan. Hal ini tidak dapat dihindari dalam semua jenis hubungan, terutama pernikahan. Begitu kita mulai memandang konflik sebagai hal yang wajar, kita tidak akan lagi mudah kecewa.
Masalahnya bukan apakah kita berdebat, tetapi bagaimana kita berdebat. Beberapa pasangan merasa bangga karena hampir tidak pernah berdebat, sementara pasangan lain merasa sangat sedih karena seringnya mereka bertengkar dan tidak setuju satu sama lain. Sebenarnya, yang terpenting bukanlah berfokus pada seberapa sering kita berdebat, tetapi bagaimana kita bersikap selama pertengkaran tersebut. Apakah kita tidak menghormati pasangan kita? Apakah kita menyerang mereka secara pribadi dan merendahkan harga dirinya? Apakah kita kasar kepada mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini jauh lebih penting daripada seberapa banyak konflik yang kita hadapi. Sepasang suami istri mungkin hanya bertengkar satu kali, tetapi jika selama pertengkaran itu mereka tidak menghormati dan saling berteriak, maka itu tidak berarti bahwa mereka memiliki pernikahan yang lebih sehat.
Akibat dari konflik lebih penting daripada konflik itu sendiri . Jika kita tidak ingin membiarkan konflik “merusak” pernikahan kita, penting untuk selalu menemukan solusi. Tidak ada gunanya berdebat jika pada akhirnya tidak ada yang benar-benar terselesaikan. Jika yang kita lakukan hanyalah berdebat dan kemudian “berbaikan” tanpa menemukan bentuk penyelesaian, solusi, atau kompromi, maka masalah yang sama akan terus terulang. Inti dari setiap konflik adalah agar kita dapat belajar lebih banyak tentang pasangan kita dan diri kita sendiri untuk memperbaiki hubungan. Jika kita tidak memperbaiki keadaan, maka kita membiarkan konflik menjadi bagian dari masalah. Namun, jika kita memandang konflik sebagai alat untuk memperkuat pernikahan kita, maka kita akan lebih mungkin berada dalam situasi yang saling menguntungkan.
Ubahlah cara kita memandang apa yang tampaknya negatif dan gunakanlah hal itu untuk keuntungan kita. Itulah yang akan membuat pernikahan kita lebih kuat dan langgeng.